Cinta adalah sesuatu yang tak mampu kita ungkapkan dengan hanya memandang satu sisi saja , cinta itu begitu rumit dan merupakan jalinan yang sukar untuk dimengerti oleh orang lain, kecuali oleh pemilik cinta itu sendiri. Kisah ini adalah kisah dari sebuah cinta yang sukar dimengerti namun itu terjadi disaat orang-orang menginginkan cinta dengan “memiliki”.
''Pejamkan matamu sayang ? '' , pintaku. Sejenak ia memejamkan matanya. '' wajah siapa yang pertama terlihat ? '', tanyaku padanya. '' Kamu......hanya kamu....'', jawabnya begitu halus terdengar ditelingaku. Betapa senangnya hatiku, tiba-tiba terasa sakit ibarat terhiris sembilu, begitu pedih karena aku harus merelakannya untuk mengakhiri semua kebingungannya dalam memilih. Cinta takkan abadi tanpa ada restu orang tua , itu prinsip yang selalu ku pegang demi kebaikan bersama. Ku tatap ombak laut yang berkejaran dipantai yang indah ini. Fikiranku mengelamun jauh menembus ruang-ruang angkasa dan akhirnya aku tenggelam dalam lamunanku tentang saat itu, saat perjumpaan kami saat pertama sekali ku mengenal dia……………...............
.........................
Seorang gadis tersenyum saat aku menyapanya, ia membalas senyumanku yang selalu memperhatikannya beberapa hari ini. “ Maaf boleh kenalan ? “ kataku pada gadis itu dengan wajah yang malu. “Namaku Rusdi …..nama kamu ? “ kataku mendahului ucapannya. “ Nama saya Nabila,!” katanya sembil tertunduk malu dengan sedikit ragu, diiringi senyum manis yang tak lekang di bibirnya. Perlahan-lahan gadis itu segera berlalu meninggalkanku , sedangkan aku hanya dapat memandang kepergiannya dari hadapanku dengan perasaan berbunga-bunga.
Seorang gadis tersenyum saat aku menyapanya, ia membalas senyumanku yang selalu memperhatikannya beberapa hari ini. “ Maaf boleh kenalan ? “ kataku pada gadis itu dengan wajah yang malu. “Namaku Rusdi …..nama kamu ? “ kataku mendahului ucapannya. “ Nama saya Nabila,!” katanya sembil tertunduk malu dengan sedikit ragu, diiringi senyum manis yang tak lekang di bibirnya. Perlahan-lahan gadis itu segera berlalu meninggalkanku , sedangkan aku hanya dapat memandang kepergiannya dari hadapanku dengan perasaan berbunga-bunga.
Hari demi hari berlalu, ibarat sebuah benih yang selalu disiram setiap harinya , kini benih itu telah menjadi bunga-bunga cinta. Benar..bunga cinta, yang apabila kena racun durinya, akan membuat sakit bila tak berjumpa dan menjadi ubat kala bersua. Namun sayang…… tiada cinta tanpa cubaan dan ujian, kedua orang tuanya menolak hubungan kami dengan alasan yang sungguh tak mampu aku terima. Mereka tidak berkenan karena menganggap diriku memiliki pendidikan yang lebih tinggi , karena aku adalah seorang penuntut Al-Azhar di Mesir. Aku sudah berusaha sekuat tenaga meyakinkan kedua orang tuanya namun orang tuanya tetap berkeras hati untuk menikah anaknya dengan seorang jejaka penuntut UIA , yang kebetulan ada hubungan keluarga dengan mereka.
Hmm…..alasan yang sukar kuterima namun itu adalah kenyataan hidup yang menyakitkan bagi diriku. Dalam anggapanku bila aku seorang penuntut di Mesir semua dapat kuraih dengan mudah , masa depan yang cerah dan kehidupan yang jauh lebih bahagia kelak, namun sayang , kekecewaan itu seakan mengajarkan diriku tentang satu hal , yaitu tentang tiada berhak bagimu dalam meraih cinta, siapapun dirimu , dan apapun statusmu tidak akan menentukan sepenuhnya bagimu untuk mendapatkan semuanya, termasuk cinta dengan begitu mudahnya.
“ Abang …..” , Nabila menyedarkan lamunanku. Ku pandang tepat di matanya , kudapat rasakan sedikit demi sedikit matanya berkaca ada sesuatu yang memenuhi kelopak matanya, “ Apakah kamu mencintai abang sepenuh hatimu ? “. “Tentu saja , abang ……. Sepenuh hati dan jiwaku !”, jawab Nabila lembut lalu dia tersenyum padaku , matanya bersinar sesekali dapat ku lihat butiran jernih jatuh tanpa di duganya membasahi pipinya kerana suara hatinya tidak dapat menipu hatiku dengan pandangan itu , aku seakan mampu menyelami kegundahan dalam hatinya, kebimbangan atas dua pilihan yang sukar untuk ia tentukan , antara diriku dan pilihan orang tuanya.
Kupandang wajahnya sedalam – dalam, seakan ingin ku lakar wajahnya pada lukisan hatiku lalu menyimpannya dalam benak hati yang paling dalam. “ Besok abang akan kembali ke Mesir , maukah Nabila ikut abang ke sana ? “ tanyaku penuh harapan. Dia tidak menjawab hanya diam kebimbangan semakin nyata di wajahnya. Aku tersenyum , “ Pikirkanlah malam ini, abang tunggu Nabila besok Airport , ini tiket ….. bila Nabila benar – benar mencintai abang , ikutlah bersama abang , dan bila dirimu ragu , kembalikan tiket ini pada pelayan kaunter hotel tempat abang menginap , mereka akan membatalkan penerbanganmu bersama abang nanti …. “, kataku lalu ku berikan sampul berwarna putih berserta tiket ke tangannya. Air matanya menitis membasahi pipinya yang indah lalu ku dapat lihat dalam hatinya terlalu sayu dengan hati yang sedih terlalu berat rasanya untuk kakiku melangkah namun ku gagahi jua meninggalkan dia dalam hati ku terpaksa agar dia dapat memikirkan yang terbaik untuk cintanya..
Jam menunjukkan pukul 9 pagi , aku sudah berdiri didepan pintu utama balai berlepas , berharap kedatangannya untuk membuktikan cintanya padaku. Tiba – tiba handfonku berbunyi, kuambil dari poketku. Lalu ku angkat , “ Hallo…..!”. “ Encik Rusdi, wanita yang membawa tiket itu sudah datang membawa tiket…….!” Suara pelayan kaunter hotel tempat ku menginap di telefon. “ Ya, tolong lakukan dengan apa yang saya pesankan dengan anda ….. !” jawabku dengan berat sekali rasa kekecewaan yang semakin mendalam. Sebelum aku berangkat aku meninggalkan pesan pada pelayan hotel bila ada wanita yang datang membawa tiket itu nanti , agar menerima tiket itu kemudian menyerahkan sepucuk surat dariku untuk wanita tersebut. Surat itu ku buat malam sebelumnya , isi surat itu adalah :
Assalamualaikum
Daripada Rusdi kekasih hatimu………..
Mungkin disaat dirimu membaca surat ini , aku sudah meninggalkan bandar ini. Bandar yang selalu penuh makna bagi kita, karena kota ini telah menjadi saksi cinta kita. Walaupun dirimu berat mengikutiku hari ini , aku akan tetap membawa cintamu untuk mengikuti diriku. Aku mengetahui kegundahan didalam hatimu. Pilihan yang berat bagimu untuk memilih antara diriku dan pilihan orang tuamu , namun yakinlah aku selalu mencintaimu sepanjang waktu.Jam menunjukkan pukul 9 pagi , aku sudah berdiri didepan pintu utama balai berlepas , berharap kedatangannya untuk membuktikan cintanya padaku. Tiba – tiba handfonku berbunyi, kuambil dari poketku. Lalu ku angkat , “ Hallo…..!”. “ Encik Rusdi, wanita yang membawa tiket itu sudah datang membawa tiket…….!” Suara pelayan kaunter hotel tempat ku menginap di telefon. “ Ya, tolong lakukan dengan apa yang saya pesankan dengan anda ….. !” jawabku dengan berat sekali rasa kekecewaan yang semakin mendalam. Sebelum aku berangkat aku meninggalkan pesan pada pelayan hotel bila ada wanita yang datang membawa tiket itu nanti , agar menerima tiket itu kemudian menyerahkan sepucuk surat dariku untuk wanita tersebut. Surat itu ku buat malam sebelumnya , isi surat itu adalah :
Assalamualaikum
Daripada Rusdi kekasih hatimu………..
Aku tak mahu menjadi seorang yang terlalu cemburu dalam cinta, walaupun aku tahu cemburu itu perlu ada dalam cinta. Mungkin makna “ cinta tak harus memiliki “ harus kurasakan kini, sungguh sesuatu yang berat namun keikhlasan dihati ini telah meringankan segalanya sayangku untukmu. Cinta tanpa restu orang tua akan menyukarkan jalan kita kelak dikemudian hari dan aku tahu dirimu sangat mencintai kedua orang tuamu, bagiku cintaku tak setanding dengan cinta mereka yang telah melahirkanmu dan membesarkanmu hingga dewasa. Aku tahu hatimu sangat menderita akibat pilihan ini dan aku tak terlintas untuk terus menambah derita dihatimu, oleh karena itu biarlah cintaku menjadi cinta yang tak harus memiliki dari pada memiliki kekasih yang menderita akibat cintaku.
Aku ikhlas sayang …….. aku yakin Allah telah menggariskan semuanya dan aku hanya harus meluruskan garisan itu. Jangan kamu sesali perjumpaan ini dan jangan pula engkau tangisi perpisahan ini, yakinlah selalu ada hikmah dibalik ini semua……………….
Sampaikan salam penuh kasih sayang dan maafku pada kedua orang tuamu karena tak sempat daku berjumpa dengan mereka, biar apa pun yang akan terjadi nanti ikatan Ukhuwah yang terjalin tak akan putus buat selama-lamanya.
Wassalam
Mohd Rusdi Setulus Hati
Setahun sudah berlalu , pagi itu sangat cerah , aku berhenti diseberang sebuah rumah. Dari dalam kereta aku terus melihat ke arah rumah itu hingga kulihat ada seorang wanita hamil menghantar seorang lelaki didepan rumah. Lelaki itu mengucup kening wanita itu dan wanita itupun mencium tangan lelaki itu. Tak lama kemudian lelaki itu pergi dan wanita itu mengiringinya dengan lambaian tangan pada lelaki itu.
Kuambil handfonku lalu , kupilih nama “Nabila” dalam handfonku , ternyata … aku sedang menghubungi wanita hamil tadi. “ Hallo…” , suara Nabila dari dalam telefon, aku sangat mengenal suara itu. “ abang senang engkau bahagia, Nabila….!” , kataku dengan lembut. “ Abang….!” , jawabnya lalu ku terdiam seketika , “ ya …ini abang Rusdi, abang senang sekali melihat Nabila bahagia, kini hati abang sudah tenang, Nabila !, abang hanya ingin memastikan engkau bahagia disana……”, terhenti sejenak kata-kataku dan ku teruskan dengan nada yang sayu , “ ada titipanku terselit di hentian bas dihadapan rumahmu , ambillah sebagai tanda cahaya hati dariku, sebagai tanda bahwa diriku ikut bahagia melihat kebahagiaanmu…….!”. “ Abang dimana , abang…..!”, suara dari telefon." Nabila jangan bimbang ... abang sudah pergi jauh dari rumahmu ...!, jawabku singkat dan kudengar hanya esak tangis dari dalam telefon. “ Jangan menangis Nabila , jadilah istri yang baik , istri yang menyenangkan suami , setialah padanya karena pintu surgamu ada ditangannya…, abang ini hanyalah kenangan dalam hidupmu, abang tak ingin menjadi derita bagi orang yang abang kasihi dan hari ini abang sudah menyaksikan kebahagiaan dalam hidupmu, itu sudah lebih cukup bagiku , tersenyumlah Nabila, tersenyumlah untukku ”. " Terimakasih....terimakasih abang atas semua kebaikanmu......" suaranya putus putus karena masih terdengar esak tangisnya. "Sama-sama.......", jawabku mengakhiri panggilan kemudian terus ku matikan handfon.
Itulah akhir dari semua perjumpaanku dengannya hingga hari ini. Diriku hanya ingin meyakinkan bahwa diriku tak salah dalam mengambil keputusan, sekaligus untuk meyakinkan diriku bahwa ia sudah bahagia kini.
Itulah cinta, sungguh sukar untuk dimengerti kecuali oleh pemilik cinta itu sendiri. walaupun kini cinta itu hanyalah kenangan dari sebuah perjalanan hidupku, namun begitu banyak hikmah yang kudapatkan kini. " Cinta itu adalah keikhlasan, bagiku cinta tak harus memiliki, itu lebih baik daripada memiliki namun yang engkau cintai itu menderita akibat cinta itu sendiri.''
Tiada ulasan:
Catat Ulasan